Wana Wisata Jumprit
Wana Wisata Jumprit
Wana Wisata Jumprit terletak di Dukuh Jumprit Desa
Tegalrejo,Kecamatan Ngadirejo,Kabupaten Temanggung. Berada di ketinggian 1.300
MDPL serta berjarak 5,3 km dari ibu kota Kecamatan Ngadirejo atau 25 km dari
ibu kota Kabupaten Temanggung. Dalam pengelolaannya berada di Perum Perhutani
KPH Kedu Utara yaitu masuk dalam petak 8A RPH Kwadungan BKPH Temanggung dengan
luas 1,6 Ha.
Sejarah Wana Wisata Jumprit dimulai pada jaman peralihan
Islam yang ditandai munculnya kerajaan Islam di pulau Jawa,terjadi perang
saudara antara kerajaan Majapahit dan kerajaan Demak yang saat itu diperintah
oleh Raden Patah. Pada perang tersebut Majapahit mengalami kekalahan,karena itu
banyak orang Majapahit yang melarikan diri ke berbagai tempat,salah satunya
bernama Pangeran Singonegoro. Pangeran Singonegoro dalam pelariannya diikuti
oleh istri dan dua pengawalnya yaitu Mahesa Aduk dan Endong Wulung serta hewan
kesayangan Pangeran Singonegoro yaitu seekor kera putih bernama Ki Dipo.Kera
ini bisa berbahasa manusia,oleh sebab itu keberadaan Ki Dipo juga dikeramatkan.
Pangeran Singonegoro pada saat itu bertapa di sebuah sendang
selama 40 hari dan menjadi seorang resi dengan gelar Panembahan Ciptaning. Beliau
mengajarkan Hindu Syiwa pada para pengikut dan cantrik-cantriknya. Pangeran
Singonegoro sempat memberkati air sendang sehingga air tersebut diyakini
mempunyai khasiat yang luar biasa sebelum beliau memutuskan untuk muksa.
Keberadaan Ki Dipo si kera putih tetap tinggal di tempat
yang menjadi makam Pangeran Singonegoro dan sampai sekarang kera-kera itu masih
banyak dijumpai di sekitar makam. Salah satu hubungan mistik dengan makam
Pangeran Singonegoro adalah kera-kera tersebut tidak mau pergi dari makam
sekalipun terdesak oleh berbagai macam keadaan. Konon,menurut cerita Ki Dipo
kadang-kadang menjelma menjadi siluman kera putih yang muncul pada malam bulan
purnama dan merupakan petunjuk baik pada yang bisa melihat kemunculannya.
Keunikan dari wana wisata tersebut adalah sebagai tempat
pengambilan air suci Waisak,Nyadran dan Bersih Desa,setiap malam Selasa dan
Jumat Kliwon ada mandi kungkum,peringatan 1 Syuro,dan Tasyakuran Sabtu Pahing.
Pendapat saya mengenai wana wisata Jumprit merupakan objek
wisata yang indah dan menarik untuk dikunjungi karena memang ada keunikan
tersendiri. Namun disana masih terdapat sampah yang berserakan,mungkin
sebaiknya perlu ditingkatkan kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya
untuk menjaga kelestarian objek wisata tersebut.
Sumber: Perhutani.
(2017). Wana Wisata Jumprit. Temanggung:
Pusat Penerbitan, Perum Perhutani KPH Kedu Utara.
Komentar
Posting Komentar