Situs Gondosuli



Situs Gondosuli

Situs Gondosuli terletak di Dusun Gondosuli, Desa Gondosuli, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Sejarah Situs Gondosuli merupakan peninggalan dari Kerajaan Hindu Mataram Kuno. Dang Karayan Pu Palar adalah seorang pangeran kerajaan yang juga adik ipar Raja Mataram,Rakai Garung. Dialah yang mendirikan Candi Gondosuli yang kini masih bisa dilihat meski hanya berupa reruntuhan. Disana terdapat Yoni yang menurut kepercayaan agama Hindu merupakan penjelmaan dari Dewi Durga,juga sebagai lambang kesuburan. Selain itu,juga terdapat Nandi yang berupa kepala sapi yang sudah terpenggal yang dipercaya sebagai kendaraan Dewa Syiwa. Disana juga terdapat Kalamakara yang berada di antara reruntuhan candi. Di sekitar reruntuhan candi ditemukan pula prasasti yang sekarang disebut Situs Gondosuli.
Selain itu,situs Gondosuli merupakan situs tua yang keberadaanya sudah jarang diketahui karena memang hanya berupa reruntuhan. Batu-batu yang berserakan itu diperkirakan hanya bagian atas candi,sedangkan sebagian besar bangunan candi terpendam dalam tanah. Upaya penggalian candi pernah dilakukan tetapi dihentikan karena tanah di atas candi digunakan untuk pemakaman umum.
Secara keseluruhan,pemandangan alam khas pedesaan ini sangat indah dengan udara yang sejuk dan menyegarkan. Selain sebagai Wisata Pendidikan dan Wisata Sejarah,kawasan ini bisa disinergikan sebagai kawasan Wisata Belanja.Apalagi sebagian warga Desa Gondosuli menjadi perajin tas mendong dan akar wangi.
Pendapat saya mengenai tempat wisata ini sudah baik,hanya saja masyarakat perlu menjaga dan melestarikan objek wisata tersebut untuk menghindari kerusakan atau hilangnya peninggalan sejarah yang terdapat disana.
Sumber:   Nusantaranews. (2016, 08 Desember). Candi Gondosuli Tak Terawat. Diperoleh 27 September 2017, dari http://nusantaranews.info/2016/12/08/candi-gondosuli-tak-terawat/?i=1
                  Wikipedia. (2017). Gondosuli, Bulu, Temanggung. Diperoleh 27 September 2017, dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Gondosuli,_Bulu,_Temanggung
                  Wisata Lokal Temanggung. (2017). Candi Gondosuli. Diperoleh 27 September 2017, dari http://temanggung.dosen.unimus.ac.id/pariwisata/candi-gondosuli/

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wana Wisata Jumprit

Wana Wisata Jumprit Wana Wisata Jumprit terletak di Dukuh Jumprit Desa Tegalrejo,Kecamatan Ngadirejo,Kabupaten Temanggung. Berada di ketinggian 1.300 MDPL serta berjarak 5,3 km dari ibu kota Kecamatan Ngadirejo atau 25 km dari ibu kota Kabupaten Temanggung. Dalam pengelolaannya berada di Perum Perhutani KPH Kedu Utara yaitu masuk dalam petak 8A RPH Kwadungan BKPH Temanggung dengan luas 1,6 Ha. Sejarah Wana Wisata Jumprit dimulai pada jaman peralihan Islam yang ditandai munculnya kerajaan Islam di pulau Jawa,terjadi perang saudara antara kerajaan Majapahit dan kerajaan Demak yang saat itu diperintah oleh Raden Patah. Pada perang tersebut Majapahit mengalami kekalahan,karena itu banyak orang Majapahit yang melarikan diri ke berbagai tempat,salah satunya bernama Pangeran Singonegoro. Pangeran Singonegoro dalam pelariannya diikuti oleh istri dan dua pengawalnya yaitu Mahesa Aduk dan Endong Wulung serta hewan kesayangan Pangeran Singonegoro yaitu seekor kera putih bernama Ki Di...
Baca selengkapnya

Curug Trocoh Surodipo

Curug Trocoh Surodipo (sumber: instagram@mustofanajib) Curug Trocoh Surodipo adalah salah satu destinasi wisata yang terletak desa Tawangsari, Kecamatan Tretep Wonoboyo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Berjarak 38 km arah Timur Laut dari Kota Temanggung. Dari Kecamatan Wonoboyo menuju Desa Tawangsari ditempuh sejauh 7 km dan untuk sampai dasar curug masih harus menempuh 3 km dengan menyusuri jalan setapak. Sejarah Curug Trocoh Surodipo menurut warga sekitar,diambil dari nama panglima Pangeran Diponegoro yang bernama Kyai Surodipo yang meninggal dan dimakamkan di wilayah tersebut.Kyai Surodipo dipercaya sebagai panglima Pangeran Diponegoro saat melawan Belanda pada tahun 1825-1830.Di tempat ini juga disusun siasat perang gerilya untuk mengusir penjajah Belanda. Usai perang tahun 1830, Kyai Surodipo yang dikejar Belanda lari ke utara dan bermukim di kawasan itu. Dia enggan pulang ke Yogyakarta,karena sudah dikuasai penjajah. Akhirnya,Kyai Surodipo beserta sejumlah pen...
Baca selengkapnya